Rabu, 31 Oktober 2012

Disalahkan, tapi Wasit Juga Manusia

Mark Clattenburg memberi kartu merah kepada Branislav Ivanovic. (Foto: Reuters)SUMENEP - Wasit adalah komponen penting dalam sebuah pertandingan di cabang olaharaga mana pun. Kehadirannya sendiri diharapkan dapat membuat laga berjalan dengan adil, namun bisa juga sebaliknya.

Wasit di cabang olahraga sepakbola, mungkin yang paling menjadi sorotan berbagai pihak. Keputusan-keputusan yang diberikan oleh pengadilan lapangan terkadang menambah menarik laga tersebut, bahkan hingga laga sendiri sudah selesai.

Terkadang, wasit menjadi sosok yang paling menyebalkan bagi fans, pemain, pelatih, hingga klub itu sendiri apabila merasa dirugikan oleh kinerjanya di lapangan. Sebut saja wasit dari ajang Premier League, Mark Clattenburg, yang sedang menjadi pembicaraan dan pemberitaan di mana-mana belakangan ini.

Clattenburg dinilai telah merugikan kubu Chelsea saat bertemu dengan Manchester United dalam laga lanjutan Premier League. Keputusan-keputusannya yang dicap kontroversial disebut sebagai dalang dari kekalahan 2-3 The Blues.

Beralih ke kompetisi Serie A di Italia, hal yang tak jauh beda juga terjadi. Dalam laga Juventus kontra Catania, wasit Andrea Gervasoni dinilai sudah memberi keuntungan kepada Juventus yang berhasil menang dengan skor tipis 1-0.

Dari dua kejadian yang terjadi di Premier League dan Serie A tersebut, sudah sangat dipastikan sosok wasit yang menjadi pusat perhatian dan disalahkan oleh pihak yang dirugikan. Yang kemudian, menimbulkan pertanyaan disengaja atau tidak keputusan tersebut?

Memang, sepakbola adalah olahraga yang juga menarik bagi para penggemar judi untuk bertaruh pada sebuah tim yang akan berlaga. Tak sulit bagi mereka untuk bertaruh, pasalnya sudah banyak rumah-rumah judi dan judi online yang menjadi perantaranya.

Nah, bukan hal yang aneh bila hal tersebut memunculkan kasus pengaturan skor terjadi. Serie A sudah menjadi kompetisi yang paling banyak mengalami masalah tersebut, pemain, pelatih, dan wasit pun terkena hukuman.

Namun, tak sedikit keputusan-keputusan wasit dan asisten wasit yang kontroversial dikarenakan human error. Yah, lagi-lagi semua berujung pada kalimat ‘Wasit Juga Manusia’.

Kita yang menyaksikan sebuah laga dari layar kacar televisi sembari duduk manis, mungkin akan langsung bereaksi dengan keras saat tim kesayangan dirugikan oleh keputusan wasit. Tapi, akan menjadi berbeda bila kita yang berada di posisi sang wasit.

Wasit seorang manusia yang juga memiliki keterbatasannya sendiri, yang mungkin tak bisa melihat secara detail apa yang terjadi di lapangan. Berbeda dengan kita yang menyaksikan di TV hasil dari beberapa kamera yang menyorot proses sebuah gol.

Terkadang, wasit memiliki pandangan tersendiri dalam melihat kejadian tertentu, bahkan berbeda keputusan dengan hakim garis pun biasa terjadi. Namun, wasit selalu dituntut untuk mengambil sebuah keputusan dengan cepat dan benar.

Pastinya, itu bukanlah hal yang mudah dilakukan, termasuk oleh wasit yang sudah banyak pengalaman. Melihat keterbatasan tersebut,  UEFA sebagai institusi tertinggi sepakbola di Eropa membuat beberapa jalan keluar.

Michel Platini sebagai ketuanya memang tak ingin adanya sisi teknologi masuk dalam olahraga ini. Alhasi, UEFA hanya memakai asisten wasit tambahan di sisi gawang untuk melihat sebuah kejadian di dalam kotak penalti.

Lain dengan UEFA, Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) malah sangat semangat memasukan unsur teknologi. Bahkan mereka resmi memberikan lisensi kepada dua teknologi garis gawang, yaitu GoalRef dan Hawk-Eye.

Dampak negatif dan positifnya dari cara UEFA dan FIFA dalam meminimalisir masalah tersebut pastinya sudah ada. Telepas dari semua itu, tetap ada sosok wasit yang sudah mencoba berusaha adil dalam memimpin sebuah pertandingan.

Toh, bila sebuah klub yang merasa dirugikan oleh pihak wasit bisa mengadukan hal tersebut kepada federasi sepakbola di negaranya masing-masing. Tetapi, kita sebagai penikmat sepakbola sudah pasti mengharapkan menariknya sebuah laga karena permainan dari kedua tim dan gol yang tercipta.

0 komentar:

Posting Komentar