Comeback hebat Swedia atau bunuh diri spektakuler Jerman? Yang jelas, hasil imbang 4-4 antara tuan rumah Der Panzer versus Blagult mencuatkan sisi lain seorang Zlatan Ibrahimovic, jiwa kepemimpinan.
Kapten
mana yang tidak marah melihat timnya tertinggal 0-3 kala jeda. Di ruang
ganti Olympiastadion, Berlin, pada Selasa malam tersebut, Ibra
menunjukkan kenapa dia pantas dipilih sebagai kapten Swedia.
Menurut pelatih Blagult,
Erik Hamren, Ibra memberi kata-kata motivasi yang amat bagus saat turun
minum. Ucapan pemain berusia 31 tahun ini terbukti melecut rekan-rekan
setimnya.
Terbukti, meski gawang Andreas Isaksson kembali jebol untuk keempat kalinya, kesebelasan Blagult tak
patah arang. Mereka menunjukkan determinasi, karakter, dan semangat
pantang menyerah. Swedia bahkan terlihat lebih Jerman dari Jerman itu
sendiri.
Berturut-turut Blagult mengejar ketinggalan
1-4, 2-4, 3-4, dan akhirnya 4-4 di menit ke-94. Swedia mampu mengubah
neraka pada 60 menit awal menjadi surga pada 30 menit terakhir.
Peran penting Ibra di malam tak terlupakan itu adalah dia menjadi pemimpin sekaligus inspirator Swedia. Gol pertama Blagult yang membakar semangat Swedia lahir dari sundulannya.
Di
depan 74 ribu penonton tuan rumah, Ibra menunjukkan sisi lain dirinya.
Pemilik ban hitam taekwondo sejak usia 17 tahun ini terbukti bukan hanya
punya skill amat istimewa, sifat tempramental, dan arogan, melainkan
jiwa kepemimpinan.
Tinggi, kuat, bertenaga, dan memiliki
kemampuan fisik mumpuni ditunjang penyelesaian akhir yang mematikan
menjadi alasan kenapa publik membandingkannya dengan legenda hidup AC
Milan Marco van Basten.
Gol tumitnya ke gawang Italia pada Euro
2004 lalu jadi bukti kejeniusan Ibra. Juventus dengan Luciano Moggi-nya,
yang saat itu doyan pemain-pemain yang mampu menjebol Azzurri, seperti David Trezeguet di final Euro 2000, pun menggaetnya.
Insting
Moggi tak salah. Ibra bertransformasi jadi striker terbaik dunia pada
generasinya. Duo Milano merasakan manisnya memiliki Ibra. Kecuali 2010,
Internazionale Milan dan Rossoneri selalu keluar sebagai Scudetto sejak 2007 hingga 2011.
Luar
biasanya, sejak 2003 alias selama delapan tahun berturut-turut Ibra
berhasil membawa tiap klub yang dibelanya jadi juara liga domestik. Ibra
menjadi pemain pertama yang juara liga bersama lima klub yang berbeda.
Meski
demikian, Ibra bukan tanpa cacat. Selama kariernya, Ibra belum pernah
juara Liga Champions. Hidupnya pun dipenuh kontroversi, baik di dalam
maupun di luar lapangan.
Pemain yang sejak awal musim lalu sewaktu masih bermain di Rossoneri senang
mengikat rambutnya ala samurai Jepang ini, bagaimanapun
kontroversialnya, tetaplah pemenang di dunia sepak bola, jaminan sukses
bagi PSG, klubnya saat ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar