Selasa, 02 Oktober 2012

Rasa Gugup Ajax dan Ketergantungan ke Ronaldo

Jakarta - Sebagaimana umumnya tim-tim Belanda, lini belakang Ajax Amsterdam terhitung lemah. Menghadapi Real Madrid yang sedang punya lini serang yang kerap tampil sporadis, anak asuh Frank de Boer jelas punya tugas berat.

Kamis (04/10/2012) dinihariWIB, markas Ajax, Amsterdam Arena, akan kedatangan juara 100 poin La Liga musim lalu, Real Madrid, dalam matchday kedua Grup D Liga Champions. Kalah di matchday pertama membuat Ajax harus bermain all out untuk meraih tiga angka.

Lini pertahanan menjadi masalah serius bagi Ajax jika memilih bermain menyerang melawan Madrid. Setelah Jan Vertonghen hijrah ke Tottenham Hotspur, Ajax tak punya lagi ball-playing defender yang mumpuni, sekaligus libero yang cukup handal.

Peran itu telah dioper kepada Toby Alderweireld, yang sebelumnya jadi tandem Vertonghen di sentral pertahanan Ajax. Tapi pemain Belgia itu belum terjamin mutunya -- seperti halnya pengganti Vertoghen, Niklas Moisander. Menghadapi "monster" sekelas Cristiano Ronaldo, jika tak sanggup menyingkirkan rasa grogi, alamat buruk bagi Toby dan tentu juga bagi Ajax.

Lini depan dapat menjadi antidot atas lemahnya barisan pertahanan Ajax. Ryan Babel, yang musim ini baru didatangkan dari Hoffenheim, dapat dimaksimalkan sebagai inside forward. Siem de Jong juga terus berperan bagus sebagai seconda punta yang mencetak banyak gol, meski berposisi sebagai gelandang serang.

Il protagonista Ajax sejatinya ada dalam sosok Christian Eriksen. Daya jelajahnya luas, visi bermain cerdas, tipikal advanced playmaker sepakbola modern yang mampu dengan lugas menyuplai killer pass sekaligus mengarsiteki serangan sejak final third.

Sementara skema Madrid tampaknya tak jauh berbeda dengan formasi awal ketika berhadapan dengan Manchester City, 4-2-3-1. Melihat tak adanya anchor man tangguh di lini tengah Ajax, rasanya Jose Mourinho tak akan memainkan Michael Essien supaya dia lebih buar untuk menghadapi Barcelona pekan depan.

Masalah Madrid justru terletak di minimnya kreativitas mereka dalam merancang serangan. Investasi mahal untuk Luka Modric sejauh ini masih belum menampakkan hasil. Sementara Mesut Oezil masih kehilangan magisnya dalam melakukan tuttofare atau killer pass.

Dengan segenap permasalahan yang hadir, maka Madrid sepertinya masih melakukan dipendenza atau bergantung terhadap Ronaldo. Inside forward asal Portugal itu kian ganas dalam mencetak gol. Terakhir ia mencetak tripletta (hat-trick) ke gawang Deportivo La Coruna, Senin (1/20/2012) lalu, tripletta ke-16 nya bersama Madrid.

Karena Ajax sepertinya akan tetap bermain dengan formasi andalan, 4-3-3, yang dapat bertransformasi menjadi 4-5-1/4-2-3-1, maka peran Marcelo, yang belakangan berevolusi sebagai defensive winger dari fluidificante, akan semakin dioptimalkan Mourinho.

Di pusat, Xabi Alonso yang bertugas sebagai deep-lying playmaker akan tetap menjadi dirijen permain tim. Darinya Madrid kerap dapat keuntungan ganda: suplai long ball terjaga dengan baik, pertahanan juga terkawal dengan tangguh.

Melihat komposisi di atas kertas, Ajax harus menekan rasa gugup jika ingin bermain all out. Untuk Madrid, permasalah internal klub, seperti urusan gaji CR7 atau konflik Sergio Ramos dan Oezil dengan Mourinho, lebih menjadi pekerjaan rumah ketimbang urusan teknis.

Terakhir, jangan lupakan Kaka. Meski tak lagi maut sebagai trequartista, Mourinho sepertinya telah menemukan posisi baru untuknya: false 5, pivot "baru" pendamping Alonso, Sami Kheidira, atau Essien.

0 komentar:

Posting Komentar