Jakarta - Sebagaimana umumnya tim-tim
Belanda, lini belakang Ajax Amsterdam terhitung lemah. Menghadapi Real
Madrid yang sedang punya lini serang yang kerap tampil sporadis, anak
asuh Frank de Boer jelas punya tugas berat.
Kamis (04/10/2012)
dinihariWIB, markas Ajax, Amsterdam Arena, akan kedatangan juara 100
poin La Liga musim lalu, Real Madrid, dalam matchday kedua Grup D Liga
Champions. Kalah di matchday pertama membuat Ajax harus bermain all out untuk meraih tiga angka.
Lini
pertahanan menjadi masalah serius bagi Ajax jika memilih bermain
menyerang melawan Madrid. Setelah Jan Vertonghen hijrah ke Tottenham
Hotspur, Ajax tak punya lagi ball-playing defender yang mumpuni, sekaligus libero yang cukup handal.
Peran
itu telah dioper kepada Toby Alderweireld, yang sebelumnya jadi tandem
Vertonghen di sentral pertahanan Ajax. Tapi pemain Belgia itu belum
terjamin mutunya -- seperti halnya pengganti Vertoghen, Niklas
Moisander. Menghadapi "monster" sekelas Cristiano Ronaldo, jika tak
sanggup menyingkirkan rasa grogi, alamat buruk bagi Toby dan tentu juga
bagi Ajax.
Lini depan dapat menjadi antidot atas lemahnya barisan
pertahanan Ajax. Ryan Babel, yang musim ini baru didatangkan dari
Hoffenheim, dapat dimaksimalkan sebagai inside forward. Siem de Jong
juga terus berperan bagus sebagai seconda punta yang mencetak banyak gol, meski berposisi sebagai gelandang serang.
Il protagonista Ajax
sejatinya ada dalam sosok Christian Eriksen. Daya jelajahnya luas, visi
bermain cerdas, tipikal advanced playmaker sepakbola modern yang mampu
dengan lugas menyuplai killer pass sekaligus mengarsiteki serangan sejak final third.
Sementara
skema Madrid tampaknya tak jauh berbeda dengan formasi awal ketika
berhadapan dengan Manchester City, 4-2-3-1. Melihat tak adanya anchor
man tangguh di lini tengah Ajax, rasanya Jose Mourinho tak akan
memainkan Michael Essien supaya dia lebih buar untuk menghadapi
Barcelona pekan depan.
Masalah Madrid justru terletak di minimnya
kreativitas mereka dalam merancang serangan. Investasi mahal untuk Luka
Modric sejauh ini masih belum menampakkan hasil. Sementara Mesut Oezil
masih kehilangan magisnya dalam melakukan tuttofare atau killer pass.
Dengan
segenap permasalahan yang hadir, maka Madrid sepertinya masih melakukan
dipendenza atau bergantung terhadap Ronaldo. Inside forward asal
Portugal itu kian ganas dalam mencetak gol. Terakhir ia mencetak tripletta (hat-trick) ke gawang Deportivo La Coruna, Senin (1/20/2012) lalu, tripletta ke-16 nya bersama Madrid.
Karena
Ajax sepertinya akan tetap bermain dengan formasi andalan, 4-3-3, yang
dapat bertransformasi menjadi 4-5-1/4-2-3-1, maka peran Marcelo, yang
belakangan berevolusi sebagai defensive winger dari fluidificante, akan semakin dioptimalkan Mourinho.
Di pusat, Xabi Alonso yang bertugas sebagai deep-lying playmaker akan tetap menjadi dirijen permain tim. Darinya Madrid kerap dapat keuntungan ganda: suplai long ball terjaga dengan baik, pertahanan juga terkawal dengan tangguh.
Melihat
komposisi di atas kertas, Ajax harus menekan rasa gugup jika ingin
bermain all out. Untuk Madrid, permasalah internal klub, seperti urusan
gaji CR7 atau konflik Sergio Ramos dan Oezil dengan Mourinho, lebih
menjadi pekerjaan rumah ketimbang urusan teknis.
Terakhir, jangan lupakan Kaka. Meski tak lagi maut sebagai trequartista, Mourinho sepertinya telah menemukan posisi baru untuknya: false 5, pivot "baru" pendamping Alonso, Sami Kheidira, atau Essien.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar